pulsa mama mintra pulsa

06.20

 SETIDAKNYA  BERGUNA

aku duduk sambil termenung  memegang hape, sambil sesekali kuminum kopi "ahh.. nikmat sekali! kataku dalam hati. tunggu dulu jangan kau anggap aku sedang nonggkrong di kafe mahal daerah kemang sambil menunggu pacar seksi datang oh tidak tidak seperti itu, lebih tepatnya aku berada di kantor guru melepas penat setelah mengajar, yah saya sudah delapan bulan mengabdi di pesantren ini, jelas bukan kemauanku untuk mengabdi tapi lebih kepada tugas seorang alumni. maklum karena mengabdi adalah syarat dapat ijazah bagi seorang alumni, itu merupakan aturan mutlak di pondok kami di sukabumi.beberapa teman mendapat tempat pengabdian di pulau seberang nan jauh ada yang di jambi, bengkulu aceh  maupun di wonosobo, entah bagaimana kabar mereka sekarang. sedangkan aku setidaknya bersyukur karena mendapat tempat yang tidak terlalu jauh dari rumah, aku mengabdi di desa cimeong bogor. jujur saat ini aku sudah sangat betah tinggal dan mengabdi dipondok, dulu memang sangatlah berat sekali bagiku menjalani ini, bahkan aku selalu iri membayangkan betapa nikmatnya teman-teman yang sekolah diluar pasti mereka sedang merasakan kesenangan bisa bertemu banyak orang, mendapatkan pengalaman dan kegiatan menarik di universitas favorit pilihan mereka, sedangkan aku harus kembali menjalani rutinitas tak jauh berbeda yang kulakukan selama enam tahun lalu ketika menjadi santri. dengan kegiatan yang melelahkan bahkan ada yang membosankan, tetapi aku selalu berusaha sabar dan tabah karena aku sadar bahwa pengabdian sebenarnya bukanlah beban tapi adalah nikmat, nikmat belajar ilmu, nikmat ketika berbagi ilmu, nikmat saat mengamalkan ilmu. apalagi ini tidak berlangsung lama setelah setahun nanti aku pun bisa kuliah seperti teman-teman. aku patut bersyukur untuk semua nikmat ini apalagi cimeong adalah desa yang sangat asri dan damai, banyak pepohonan rindang ladang ladang dan sawah yang hijau, ditambah santri-santri yang baik dan santun membuat aku semakin menikmati masa pengabdian

hari ini saya kedapatan mengajar ilmu nahwu red: (ilmu tata bahasa arab) di kelas tiga dan lima, kopi hampir setengah habis setelah lima belas menit yang lalu ku minum, jam dinding kanto menunjukan pulul sembilan dua puluh lima menit "hmm masih ada lima menit lagi waktu istirahat" ujar dalam hati, ku pandangi hape ku, lalu ku buka menu sambil mengatak atik lihat album, terlihat fotoku minggu lalu dengan senapan angin milik haji dadang (seorang pemilik ladang dibelakang pondok), aku memang sangat ingin memilikinya bahkan kemarin ia sampai kesal karena aku selalu memainkan senapan miliknya. aku tertawa sedikit mengingat ekspresi kemarahanya. klonteng...klonteng...bel tanda istirahat habis, saatnya masuk kembali dan mengajar kelas terakhir. aku segera mengantongi hape lalu keluar dari kantor menuju wc untuk berwudhu, meski pada dasarnya tidaklah wajib berwudhu karena ilmu nahwu bukanlah kalamullah tetapi bagiku mengajar juga merupakan ibadah maka alangkah baiknya bila kita dalam keadaan suci, ditambah terkadang dalam ilmu nahwu harus memberikan contoh langsung dari al-qur'an maka sepatutnya kita dalam keadaan suci. 

"tadz! jangan lupa ya..! seorang santri berkata setengah teriak kepadaku, belum sempat menjawab dia langsung pergi menuju kelasnya "hufftt apaan si bocah?" ujar dalam hati. aku pun berlalu menuju  ruangan kelas lima. 

"assalamualaikum... kaefa halukum?" 
'alhamdulillah bilkhair .... jawab mereka serempak. 

"baiklah kemarin kita sudah belajar tentang kaidah tamyiz sekarang tolong kalian terapkan pada latihan ke lima puluh empat, paham? 'iyaaa.." perintah ku dalam bahasa arab. 

kemudian aku duduk dan membacakan absen, sangatlah mudah mengabsen mereka semua karena jumlah santri kelas lima hanya berjumlah sepuluh orang, maklumlah untuk sebuah pondok yang belum lama berdiri ini.

"ihsan!... 'hadirr.. qodir! 'di dapur tadz bantu ummi.." terang ihsan padaku. 

aku sebenarnya sudah maklum dia tidak masuk, karena memang biasanya dia membatu ummi  (sebutan istri kyai), aku akui qodir memang seorang santri yang taat dan cekatan itu jugalah alasan mengapa ummi selalu meminta bantuan padanya mulai dari belanja, memasak sampai bersih-bersih rumah kyai, bahkan kopi yang kuminum saat istirahat adalah kopi buatanya, qodir memang benar benar anak yang cekatan, lebih dari itu dia juga rajin, seperti kemarin malam aku melihatnya belum tidur dan masih menyalin beberapa catatan pelajaran.

"dir!..ente belom tidur? udah malem ini" kataku agak prihatin
"iya tadz dikit lagi kok ini!" jawabnya sambil mentatapku
"oh gitu, yaudah pokoknya jam dua belas udah tidur dir ya!..hmm,, jangan lupa matiin lampu sama bangunin santri yang jaga malam!" tukasku menyuruhnya
"siap tadz!" jawabnya menutup percakapan semalam

klonteng..klonteng...bel berbunyi tanda jam pelajaranku sudah usai saatnya jam pelajaran lain, setelah memberi salam aku bergegas keluar sambil membawa beberapa buku santri yang tak sempat kuperiksa. jam belajar belum habis tapi jadwal mengajarku hari ini sudah selesai, aku berjalan ke kantor untuk mengambil tas disana ada beberapa guru lainya. ustadz dani dan deditya setelah basa-basi sebentar aku segera berlalu ke kamar, "pokoknya kegiatan hari ini nyuci sampai habis" kataku membatin, sudah seminggu aku tidak nyuci, padahal kemarin sudah niat nyuci sabun dan sikat sudah kubawa tapi  tiba-tiba aku dipanggil kyai untuk bantu-bantu haji dadang acara akekahan cucunya yang kelima, akhirnya pupus sudah harapan hari itu aku tidak jadi mencuci dan  kalau hari ini ditunda lagi bisa-bisa stok pakaianku bisa habis. aku mengambil ember tiga buah dari wc kuisi dengan pakaianku dan aku mulai mencuci sampai sore.

aku sedang makan didapur, mencuci pakaian tiga ember membuatku lapar, "tut..tut..tut.." hapeku bunyi sudah lama hapeku tak bunyi, terakhir minggu lalu saaat sms ibuku masuk. kulihat layarnya tertulis BAPAK RAJU, aku teringat perkataan raju tadi pagi "tadz jangan lupa ya!.."  dan baru sadar besok hari jum'at hari jenguk santri, yang berarti hari ini adalah jadwalnya bapaknya raju menelpon, segera aku memanggil anak yang meneriakiku tadi pagi, si raju ya si raju. selang beberapa detik ia datang ke arahku dengan wajah sumringah, lalu spontan meraih hapeku, dan berbicara dengan bapaknya via telpon. terdengar suara bapaknya menanyakan kabar, aku melanjutkan makan yang sisa setengah, sayur lodeh buatan qodir memang nomer satu sudah sepiring nasi, sepotong ikan dan semangkok sayur ludes kumakan, "ah..puas sekali aku makan" kataku sambil cuci piring kotorku, ku lirik raju di teras masih asyik menelpon lalu ku beri isyarat agar menyudahi, sudah sepuluh menit dia menelpon, sebagai guru aku harus tegas tidak boleh lama-lama memberikan santri menelpon. padahal dia tidak perlu berbicara banyak karena pasti besok orangtuanya akan datang. beberapa detik dia menghampiriku

1 raju berterimakasih
2 ustadz lain mempunyai teman untuk ditelpon
3 ayah raju memberikan uang
4 biasanya dibelikan pulsa
5 menawarkan qodir menelpon
6 orang tua qodir datang


You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts