aku penasaran tak sabar ingin mengenal siapa siSipit sebenarnya, kalau siKacamata bagiku sudah familiar, kalau tak salah sudah duakali aku bertemu dengannya tapi entah dimana aku lupa. sebelum acara berakhir aku keluar dari dapur menuju meja resepsionis mengambil selembar kertas yang ditulis setiap anggota keluarga pelajar layaknya buku tamu diacara-acara tapi disini lebih terkesan seperti buku kehadiran. satu persatu kulihat kebanyakan aku kenal semuanya, akhirnya aku berhenti pada sebuah nama yang asing, namun indah, sederhana namun mempunyai arti dalam, sedalam rasaku ingin memilikinya. "ah ini dia pasti ini namanya!!!" gumamku dalam hati. aku lalu memejamkan mata dan mengambil napas panjang sambil berdoa semoga bisa bertemu kembali lalu berkenalan langsung dengannya. aku kembali kedapur acara sudah mau selesai aku harus mempersiapkan hidangan. kubuka panci berisi semur daging asap keluar dengan aroma khasnya hmmm...nikmatnya... semoga siSipit senang menyantapnya, "tuh kan...pikiranku berulah lagi".
Saat itu sedang acara, sedikit formal tapi aku tak berdasi. Aku
dipilih untuk sibuk mengurus konsumsi, bel berbunyi beberapa orang datang
ditengah acara. Acara dimulai dari siang tadi. Tak sengaja aku keluar dapur
melihat jalannya acara dari dekat. Apalagi udara diruangan lebih enak dihirup
dari pada udara dapur yang penuh asap. Bel berbunyi lagi. Teman resepsionis langsung
membuka pintu aku disampingnya berdiri entah untuk apa. Pintu terbuka aku
tersentak. Dua perempuan berkerudung datang dengan senyum . siKacamata menyapa siSipit menunduk. Hatiku berdegup.
Aku tak kenal keduanya, tapi mereka
benar-benar ramah memberi senyum. siKacamata berwajah kecil bersahabat dan tak
canggung. siSipit agak malu-malu wajah lebarnya lebih terlihat sebagai wanita
yang keibuan.Aku hanyut, siSipit punya aura berbeda, pandangan wajahnya sangat
teduh. Aku suka sekali. Untuk yang pertama aku melihat seorang wanita yang membuat hati
ini tenang dan nyaman. Dengan tidak menghilangkan iffah diri dan kehormatannya.
inikah yang dikatakan al-qur’an atau inikah yang rasul jelaskan dulu akan
gambaran seoarang wanita yang pantas dijadikan pendamping hidup, rekanku
memanggil. Aku buyar, sudahlah aku hanya
berkhayal aku harus kembali kedapur untuk menanak nasi